Entri yang Diunggulkan

SEJAUH MANA DIGITALISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

 

Sabtu, 23 November 2019

PERADABAN ISLAM MASA ALI BIN ABI THALIB



IDENTITAS BUKU

  1. Judul               : Sejarah Peradaban Islam
  2. Pengarang       : Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah
  3. Penerbit           : CV Budi Utama
  4. Cetakan           : Pertama
  5. Tahun              : Oktober 2015
  6. Kota                : Yogyakarta
  7. Ukuran            : viii, 326, Uk: 14x20 cm
  8. ISBN               : 978-602-401-061-4
  9. Hal                  : 92-115



Ali bin Abi Thalib
A.    Pengangkatan Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-41 H / 656-661 M)
Setelah wafatnya khalifah Utsman, Ali Ibnu Abi Thalib terpilih menjadi khalifah yang ke empat. Ali menjadi khalifah selama lima tahun, yaitu dari tahun 35 Hijiriah sampai ia wafat pada tahun 40 Hijriah. Terpilihnya Ali sebagai khalifah tidak mendapat dukungan mayoritas kaum muslim saat itu. Di samping itu ia mendapat tantangan dari pihak yang berambisi ingin rnjadi khalifah. Selain itu ia juga mendapat tuduhan terlibat dalam pembunuhan khalifah Utsman.
Pengukuhan Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah Tidak semulus tiga orang khalifah sebelumnya. Ali dibai'at di tengah-tengah suasana berkabung atas meninggalnya khalifah Utsman. Kaum pemberontak yang membunuh Utsman mendaulat Ali supaya bersedia dibai'at menjadi khalifah. Setelah Utsman terbunuh, kaum pemberontak mendatangi para sahabat satu persatu yang ada di kota Madinah, seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Sa'ad bin Abi Waqash, dan Abdullah bin Umar bin Khattab agar bersedia menjadi khalifah, namun mereka menolak. Akan tetapi, baik kaum pemberontak maupun kaum Anshar dan muhajirin lebih menginginkan Ali menjadi khalifah. Ia didatangi beberapa kali oleh kelompok-kelompok tersebut agar bersedia dibai'at menjadi khalifah. Namun Ali menolak. Sebab ia menghendaki agar urusan itu mendapat persetujuan dari sahabat-sahabat senior termuka. Akan tetapi, setelah masyarakat mengumumkan bahwa umat Islam perlu segera mempunyai pemimpin agar tidak menjadi kekacauan yang lebih besar. Akhirnya Ali bersedia dibai'at menjadi khalifah.
Pada saat itu, Ali adalah calon terkuat untuk menjadi khalifah karena banyak didukung oleh para sahabat senior, bahkan para penberontak kepada khalifah Utsman mendukungnya, termasuk Abdullah bin Saba' dan tidak ada seorangpun yang bersedia dicalonkan. Sa'ad bin Abi Waqash dan Abdullah bin Umar tidak mendukungnya, walaupun kemudian Sa'ad ikut kembali kepada Ali. Adapun yang pertama kali membai'at Ali adalah Thalhah bin Ubaidillah diikuti oleh Zubair bin Awwam dan Sa'ad bin Abi Waqas, kemudian diikuti oleh kalangan Anshar dan Muhajirin.
B.     Prestasi Khalifah Ali bin Abi Thalib
1.      Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap
Khalifah Ali bin Abi Thalib mengingnkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap dalam bekerja.
Adapun gubernur baru yang diangkat khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:
a)    Sahl bin Hanif sebagai gunernur Syiria
b)   Usman bin Hanif sebagai gubernur Basrah
c)    Qays bin Sa'ad sebagai gubernur Mesir
d)   Umrah bin Syihab sebagai gunernur Kufah
e)    Ubaidillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman
2.      Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara. Khlaifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahn tersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari mantan penguasa dan kerabat Utsman bin Affan. Mereka menghasut para sahabat yang lain untuk menentang kebijakan Ali bin Abi Thalib.  Dan melakukan perlawanan terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib. Akibatnya terjadi peperangan seperti perang Jamal dan perang Shiffin.
3.      Memajukan Bidang Ilmu Bahasa
Pada saat Khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah Islam sudah mencapai wilayah India. Pada saat itu, penulisan huruf hjaiyah belum dlengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Al-quran dan Hadits di daerah-daerah yang jauh dari Jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-quran dan Hadits, Khalifah Ali bin abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-quran dan Hadits.
4.      Bidang Pembangunan
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kufah secara khusus. Pada awalnya kota Kufah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi kota Kufah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu, dan ilmu pengetahuan lainnya.
C.     Akhir Hayat Ali bin Abi Thalib
Bermula dari keluarnya kaum khawarij dari kelompok Ali bin Abi Thalib. Kaum khawarij menyusun suatu komplotan untuk membunuh Ali, Mu’awiyah dan Amru bin Ash. Akan tetapi komplotan ini hanya berhasil malaksanakan seorang dari rencana tersebut, yakni membunuh Ali bin Abi Thalib. Pembunuhnya adalah Abdurrahman Ibnu Muljim. Kaum khawarij lantas memandang Ibnu Muljim sebagai seorang pahlawan. Perbuatan itu dipandang sebagai suatu wasilah yang dapat mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menjamin baginya masuk surga.
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa kematian khalifah Ali diakibatkan oleh pukulan pedang beracun Abdurrahman Ibnu Muljim, ketka khalifah Ali sedang melaksanakan sholat subuh dan khalifah Ali bin Abi Thalib menjadi imam pada sholat subuh tersebut.
Setelah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M). Kedudukan khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah Islam sebagai tahun Jama’ah. Dengan demikian berakhirlah yang disebut masa Khulafaur Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.    


1 komentar: