A. Pengertian Masa Bayi
Bayi merupakan makhluk yang perlu dilindungi. Semua
kebutuhannya harus dipenuhi seperti yang diinginkannya, tetapi ia belum pandai
menyatakan keinginan itu. Ia hanya pandai menangis. Prof. Kohnstamm, seorang
ilmuwan bangsa Belanda, menyebut masa ini dengan periode vitaal. Menurut
arti harfiahnya kata vital diartikan penting. Jadi masa bayi dianggapnya
sebagai masa perkembangan yang sangat penting.
Anak mengalami perubahan yang pesat dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya. Untuk mengimbangi proses perkembangan yang pesat itu ia
memerlukan pemenuhan kebutuhan seperti makanan sehat, pakaian yang bersih,
perawatan yang teratur, dan sebagainya, sampai ia mencapai usia satu setengah
tahun. Sejak ia lahir sampai ia berusia satu setengah tahun , ada yang
mengatakan sampai usia dua tahun, kebanyakan ahli psikologi cenderung menyebut
masa bayi. Khusunya di negara berkembang, kelahiran bayi dianggap masih rawan
karena presentase kematian pada saat-saat bayi dilahirkan masih mencapai angka
8% dan karena faktor sosial ekonomi, pemenuhan kebutuhan akan perkembangan anak
kurang mendapat perhatian.
Masih ada istilah-istilah yang lain yang digunakan
untuk menyebutkan masa bayi, diantaranya neonates (dari kata new
dan natal), infancy, babyhood. Eliza beth Hurlock
menyebutnya Babyhood, sedangkan Ch. Buhler hanya menyebut baby saja.
Sebagian besar bayi menggunakan waktunya untuk tidur,
waktu yang sebagian lagi digunakan untuk menyusu dan menyatakan keinginannya
dengan cara menangis. Ternyata cara menangis juga berlainan, ada yang seakan-akan
bersemangat, dan ada yang seakan akan lesu saja. Ketika bayi lahir, dunia ini
dimasukinya dengan salam tangis. Kalau ia tidak menangis, dukun, bidan, dokter
yang menyambut kelahirannya akan memaksanya menangis.[1]
B. Ciri-Ciri Masa bayi
Berikut ini adalah cirri-ciri yang membedakan masa
bayi dari periode sebelum dan sesudahnya adalah sebagai berikut:
1. Masa
dasar yang sesungguhnya
Meskipun
seluruh masa anak-anak terutama tahun-tahun awal dianggap sebagai masa dasar.
Namun, masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada
saat ini banyak pola perilaku, sikap, ekspresi dan emosi terbentuk.
2. Masa
perubahan dan pertumbuhan berjalan pesat
Bayi
berkembang pesat baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya
pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi penampilan tetapi juga dalam
kemampuan. Pertumbuhan dan perubahan intelek berjalan sejajar dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik.
3. Masa
berkurangnya ketergantungan
Berkurangnya
ketergantungan dengan orang lain merupakan efek dari pesatnya perkembangan
pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan dan
menggerakkan benda-benda.
4. Masa
meningkatnya individualitas
Hal
yang penting dalam meningkatkan kemandirian adalah bahwa keadaan ini
memungkinkan bayi mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Akibatnya, individualitas yang tampak pada waktu lahir semakin
menonjol pada saat menjelang akhir masa bayi.
5. Masa
permulaan berkembangnya penggolongan peran seks
Hampir
dari saat dilahirkan anak laki-laki diperlakukan sebagai anak laki-laki dan
anak perempuan sebagai anak perempuan. Misal anak laki-laki diberi pakaiain
berwarna biru dan mainan mobil-mobilan. Sedangkan anak perempuan diberikan
pakaian warna merah jambu dan mainan boneka.
6. Masa
yang menarik
Anak
yang lebih besar menganggap bahwa bayi menarik karena ketidakberdayaannya dan
ketergantungannya.
7. Masa
permulaan kreativitas
Dalam
bulan-bulan pertama bayi belajar mengembangkan minat dan sikap yang merupakan
dasar bagi kreativitasnya kemudian dan untuk penyesuaian diri dengan pola-pola
yang diletakkan orang lain.
8. Masa
berbahaya
Meskipun semua
tahapan dalam rentang kehidupan mengandung bahaya, tapi bahaya tertentu lebih
banyak terdapat selama masa bayi daripada dalam periode-periode lain. Bahaya
dapat berupa bahaya psikis maupun psikologis.[2]
C. Aspek-Aspek Perkembangan Bayi
1. Fisik
Pada masa bayi, perkembangan fisik secara jelas dapat
diamati, pada enam bulan pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat. Tahun
pertama peningkatan lebih kepada berat dan tinggi. Selama tahun kedua terjadi
penurunan. Selain itu, yang berkembang ialah proporsi, tulang, otot dan lemak,
bangun tubuh, gigi, susunan saraf, dan organ perasa.
2. Psikologis
Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan
pola-pola fundamentalis dan kebiasaan mengenali wajah orang-orang yang berarti
bagi dirinya. Mulai merasakan sentuhan “touching” oleh orang-orang
tertentu. Menurut Piaget, anak hingga umur + 2 tahun belum tampak adanya
mediasi dalam arti ‘aktivitas fikir yang intern’. Semua tingkah laku anak harus
dipikir sebagai hal yang diterima secara sensoria dan suatu reaksi yang motorik
saja. Oleh karena itu, Piaget membedakan dua tahap perkembangan intelegensi
pada manusia yaitu sensori motor (sejak lahir sampai dua tahun) dan tahap
konsepsi (usia dua tahun sampai dewasa).
3. Motorik
Perkembangan masa bayi pada aspek motorik ini dapat
diamati dan terlihat reaksi-reaksi spontan yang berulang dilakukan dan tidak
dikoordinasi. Namun, lama-kelamaan terjadi secara efektif. Hal ini terlihat
pada merangkak, berjalan, dan memainkan benda-benda. Perkembangan motorik
terlihat adanya arah.
4. Perkembangan
Bicara
Sebelum mampu berbicara, bayi lebih dahulu dapat
mengerti apa yag dikatakan tanpa dapat bereaksi dengan kata hanya dengan
ekspresi dan gerakan. Oleh karena itu, mimik dan ekspresi bayi juga dapat
dimengerti setelah usia tiga bulan. Menurut Termal dan Merril, rata-rata bayi
bereaksi terhadap perintah-perintah pada usia kurang lebih dua tahun. Rata-rata
bayi belajar menyampaikan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan pada usia
tahun-tahun pertama yang disebut dengan komunikasi prabicara. Bentuk-bentuk
prabicara ini antara lain: menangis, berceloteh, isyarat, dan ungkapan-ungkapan
emosi.
5. Perkembangan
Emosi
Pada bayi terdapat emosi tertentu yang bersifat umum
seperti kemarahan (menjerit, meronta, menendang, mengibaskan tangan, dan
memukul), ketakutan (takut terhadap ruang gelap, tempat tinggi, dan binatang),
rasa ingin tahu tentang mainan baru (menjulurkan lidah, membuka mulut,
memegang, melempar, dan membolak-balik), kegembiraan (tersenyum, tertawa,
menggerakkan lengan serta kakinya), afeksi (memeluk mainan kesayangannya,
mencium barang-barang kesayangannya).
6. Perkembangan
Kognitif
Perkembangan konsep merupakan hasil asosiasi dari arti
dengan benda dan orang-orang. Piaget menamakan tahap perkembangan ini tahap
“sensomotorik” dalam perkembangan konsep. Pada akhir masa perkembangan ini bayi
mulai menyusun kata-kata menjadi kalimat sederhana yang dimulai dengan “siapa”
“apa” dan “di mana”.
7. Perkembangan
Moral
Bayi belum memiliki nilai dan suara hati. Lambat laun
bayi mempelajari kode moral dari orang tuanya dan orang-orang yang dekat
dengannya. Bayi menilai benar atau salah suatu perbuatan berdasarkan kesakitan
atau kesenangan yang dirasakannya.[3]
D. Perkembangan Bayi Menurut Islam
Ketika bayi lahir, maka yang pertama-tama menunjukkan
fungsi adalah indra pendengarannya. Begitu lahir, pada sang bayi perlu
disembunyikan kalimat persaksian (adzan dan iqamah). Anjuran untuk
mengumandangkan adzan dan iqamah menunjukkan bahwa fungsi pendengaran telah
berlangsung.
Disampaikannya suara adzan dan iqamah kepada anak
mengisyaratkan bahwa fungsi pendengaran telah terdapat dalam diri manusia dan
Allah ingin manusia meneguhkan persaksiannya kepada Allah. Adzan dan iqamah
yang disuarakan segera setelah kelahiran anak, menjadikan anak memperkokoh
posisi ketauhidannya di dunia ini.
Fungsi
pendengaran ini bila dioptimalkan akan dapat mengembangkan potensi-potensi
intelektual, emosi dan spiritual anak. Indra lain yang berfungsi adalah
penglihatan, perabaan, penciuman, dan gerakan. Ahli psikologi Sydis menunjukkan
kepada kita bahwa kalau anak menerima stimulasi yang kaya melalui fungsi
penglihatannya, maka kecerdasannya akan bertumbuh kembang secara pesat.
Pada masa bayi ini, penyusuan memegang peranan yang dalam
besar dalam mengembangkan fisik, emosi dan kognisi anak. Dalam Islam, orangtua
dianjurkan untuk menyusui anaknya sampai usia 2 tahun atau 24 bulan
kehidupannya. Anjuran ini sesuai dengan firman Allah:
وَوَصَّيْنَا
الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya: Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (Qs. Al-Luqman,
31:14).
Hukum menyusui bayi lebih dari 2 tahun menurut Islam
yaitu mubah/boleh, karena hal ini merupakan perkara dunia. Jika tidak ada dalil
yang melarang maka hukum asalnya adalah mubah/boleh. Menambah menyusui lebih
dari dua tahun jika ada kebutuhan yang menuntut maka tidak mengapa. Misalnya
anak tidak berselera makan, atau sebab yang lain. Jika ada kebutuhan yang
menuntut maka tidak mengapa. Tetapi menyusui 2 tahun lebih utama karena itulah
nash dari al-Quran.
Menurut pengamatan penulis, terdapat berbagai pendapat
mengenai menyusui lebih dari dua tahun. Pendapat yang kontra mengatakan jika
menyusui lebih dari 2 tahun mengakibatkan anak kelak bisa manja atau menempel
terus dengan ibunya dan tidak mandiri, serta tentunya hal ini dapat menghambat
perkembangan sosialnya. Sedangkan yang pro mengatakan jika menyusui lebih dari
2 tahun memberikan banyak manfaat pada anak dan ibu. Contoh manfaatnya adalah
anak lebih jarang sakit, mengurangi resiko alergi, anak menjadi lebih pintar
dan banyak keuntungan untuk ibu, misalnya: mengurangi resiko kanker rahim,
dapat menurunkan berat badan dan lain sebagainya.[4]
E. Masalah-Masalah pada Masa Bayi
Karena
masa ini merupakan dasar, maka masa ini khususnya merupakan masa berbahaya.
Bahaya itu dapat merupakan bahaya psikis dan psikologis ataupun keduanya. Dalam
tahun pertama, bahaya psikis lebih banyak dan lebih parah daripada bahaya-bahaya
psikologis. Bahaya psikis sangat parah bagi setiap bayi terutama bagi bayi
premature, bayi yang mengalami kerusakan otak atau bayi yang kondisi psikis dan
perkembangan fisiknya kurang baik. Kematian lebih banyak terjadi selama 3 bulan
pertama kehidupannya daripada sesudahnya dan lebih dua pertiganya terjadi pada
bulan pertama.
Bahaya
fisik bisa juga diakibatkan oleh penyakit, sekalipun penyakit (sakit) ringan
tetapi dapat merupakan bahaya psikis maupun psikologis. Selain itu kecelakaan
suatu hal yang sering terjadi pada tahun kedua, karena bayi sudah lebih bebas
bergerak. Sekalipun luka ringan, hal ini menimbulkan luka psikologis. Misalnya
ia menakuti sesuatu atau situasi yang menimbulkan kecelakaan kepadanya Dua
tahun pertama disebut periode kritis dalam pertumbuhan otak karena adanya
peningkatan yang mencolok dalam perkembangan sel-sel otak pada masa ini, oleh
karena itu, merupakan periode rentan terhadap kerusakan. Kalau bayi pada masa
ini kekurangan gizi, tidak dapat menjamin bahwa perkembanagan selanjutnya akan
berjalan baik.[5]
Bahaya
psikologis dalam masa ini yang paling parah adalah kegagalan bayi menguasai
tugas perkembangan pada usia tersebut. Sebagian psikologis berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung dengan kegagalan penguasaan tugas perkembangan
masa bayi. Antara lain; bahaya dalam perkembangan motorik, akan semakin lambat
ia memperoleh keterampilan yang dimiliki oleh anak-anak lain. Bahaya dalam
berbicara, keterlambatan berbicara karena beberapa hal, yang paling sering
adalah tingkat intelegensi rendah, kurangnya perangsangan (terutama dalam tahun
pertama). Kalau orang tua atau pengasuh tidak merangsang anak untuk berceloteh
atau mencoba untuk memulai berbicara, maka kebanyakan bayi akan kehilangan
minat untuk berbicara.
Dalam
hal bahaya emosi, terdapat bahaya psikologis yang umum berkaitan dengan
perkembangan emosi, antara lain sebagai berikut:
1. Kurangnya
Kasih Sayang, kekurangan kasih sayang dalam masa bayi sering menyebabkan
bayi mundur dalam perkembangan motorik dan berbicara yang menghambat belajar
bayi dalam kontak sosial atau bagaimana mengungkapkan kasih sayang.
2. Tekanan,
yaitu keadaan emosi yang kurang baik yang berlangsung lama seperti takut dan
marah, dapat mengakibatkan endoktrin yang menggangu keseimbangan tubuh.
3. Terlampau
banyak kasih sayang, orang tua yang terlalu khawatir atau sangat
menonjolkan diri akan mendorong bayi untuk memusatkan perhatian kepada dirinya
sendiri dan terikat pada diri sendiri serta mementingan diri sendiri.
4. Emosi
yang kuat, hal ini disebabkan kondisi lingkungan bayi yang mendorong
perkembangan emosi tertentu dan menyimpangkan emosi yang lain.[6]
[1] Zulkifli L, Psikologi
Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 22-23.
[2] Rahmi Anekasari, Psikologi
Perkembangan Bacaan Wajib (Calon) Orangtua dan Pendidik, (Pekalongan: Nasya
Expanding Management, 2019), hlm. 113-114.
[3] Yudrik Jahja, Psikologi
perkembangan, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011), hlm. 169-172.
[4] Ibid., hlm. 140-143.
[5] M. Sugeng Sholehudin, Psikologi
Perkembangan, (Pekalongan: Gama Media, 2008), hlm. 104.
[6] Elfi Yuliani Rochman, Psikologi
perkembangan, (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 139.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar