Entri yang Diunggulkan

SEJAUH MANA DIGITALISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

 

Senin, 09 Desember 2019

PERKEMBANGAN MASA BAYI


PERKEMBANGAN MASA BAYI



A.    Pengertian Masa Bayi

Bayi merupakan makhluk yang perlu dilindungi. Semua kebutuhannya harus dipenuhi seperti yang diinginkannya, tetapi ia belum pandai menyatakan keinginan itu. Ia hanya pandai menangis. Prof. Kohnstamm, seorang ilmuwan bangsa Belanda, menyebut masa ini dengan periode vitaal. Menurut arti harfiahnya kata vital diartikan penting. Jadi masa bayi dianggapnya sebagai masa perkembangan yang sangat penting.
Anak mengalami perubahan yang pesat dalam perkembangan jasmani dan rohaninya. Untuk mengimbangi proses perkembangan yang pesat itu ia memerlukan pemenuhan kebutuhan seperti makanan sehat, pakaian yang bersih, perawatan yang teratur, dan sebagainya, sampai ia mencapai usia satu setengah tahun. Sejak ia lahir sampai ia berusia satu setengah tahun , ada yang mengatakan sampai usia dua tahun, kebanyakan ahli psikologi cenderung menyebut masa bayi. Khusunya di negara berkembang, kelahiran bayi dianggap masih rawan karena presentase kematian pada saat-saat bayi dilahirkan masih mencapai angka 8% dan karena faktor sosial ekonomi, pemenuhan kebutuhan akan perkembangan anak kurang mendapat perhatian. 
Masih ada istilah-istilah yang lain yang digunakan untuk menyebutkan masa bayi, diantaranya neonates (dari kata new dan natal), infancy, babyhood. Eliza beth Hurlock menyebutnya Babyhood, sedangkan Ch. Buhler hanya menyebut baby saja.
Sebagian besar bayi menggunakan waktunya untuk tidur, waktu yang sebagian lagi digunakan untuk menyusu dan menyatakan keinginannya dengan cara menangis. Ternyata cara menangis juga berlainan, ada yang seakan-akan bersemangat, dan ada yang seakan akan lesu saja. Ketika bayi lahir, dunia ini dimasukinya dengan salam tangis. Kalau ia tidak menangis, dukun, bidan, dokter yang menyambut kelahirannya akan memaksanya menangis.[1]

B.     Ciri-Ciri Masa bayi

Berikut ini adalah cirri-ciri yang membedakan masa bayi dari periode sebelum dan sesudahnya adalah sebagai berikut:
1.      Masa dasar yang sesungguhnya
Meskipun seluruh masa anak-anak terutama tahun-tahun awal dianggap sebagai masa dasar. Namun, masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, ekspresi dan emosi terbentuk.
2.      Masa perubahan dan pertumbuhan berjalan pesat
Bayi berkembang pesat baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Pertumbuhan dan perubahan intelek berjalan sejajar dengan pertumbuhan dan perubahan fisik.
3.      Masa berkurangnya ketergantungan
Berkurangnya ketergantungan dengan orang lain merupakan efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan dan menggerakkan benda-benda.
4.      Masa meningkatnya individualitas
Hal yang penting dalam meningkatkan kemandirian adalah bahwa keadaan ini memungkinkan bayi mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Akibatnya, individualitas yang tampak pada waktu lahir semakin menonjol pada saat menjelang akhir masa bayi.


5.      Masa permulaan berkembangnya penggolongan peran seks
Hampir dari saat dilahirkan anak laki-laki diperlakukan sebagai anak laki-laki dan anak perempuan sebagai anak perempuan. Misal anak laki-laki diberi pakaiain berwarna biru dan mainan mobil-mobilan. Sedangkan anak perempuan diberikan pakaian warna merah jambu dan mainan boneka.
6.      Masa yang menarik
Anak yang lebih besar menganggap bahwa bayi menarik karena ketidakberdayaannya dan ketergantungannya.
7.      Masa permulaan kreativitas
Dalam bulan-bulan pertama bayi belajar mengembangkan minat dan sikap yang merupakan dasar bagi kreativitasnya kemudian dan untuk penyesuaian diri dengan pola-pola yang diletakkan orang lain.
8.      Masa berbahaya
Meskipun semua tahapan dalam rentang kehidupan mengandung bahaya, tapi bahaya tertentu lebih banyak terdapat selama masa bayi daripada dalam periode-periode lain. Bahaya dapat berupa bahaya psikis maupun psikologis.[2]

C.     Aspek-Aspek Perkembangan Bayi

1.      Fisik
Pada masa bayi, perkembangan fisik secara jelas dapat diamati, pada enam bulan pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat. Tahun pertama peningkatan lebih kepada berat dan tinggi. Selama tahun kedua terjadi penurunan. Selain itu, yang berkembang ialah proporsi, tulang, otot dan lemak, bangun tubuh, gigi, susunan saraf, dan organ perasa.
2.      Psikologis
Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan pola-pola fundamentalis dan kebiasaan mengenali wajah orang-orang yang berarti bagi dirinya. Mulai merasakan sentuhan “touching” oleh orang-orang tertentu. Menurut Piaget, anak hingga umur + 2 tahun belum tampak adanya mediasi dalam arti ‘aktivitas fikir yang intern’. Semua tingkah laku anak harus dipikir sebagai hal yang diterima secara sensoria dan suatu reaksi yang motorik saja. Oleh karena itu, Piaget membedakan dua tahap perkembangan intelegensi pada manusia yaitu sensori motor (sejak lahir sampai dua tahun) dan tahap konsepsi (usia dua tahun sampai dewasa).
3.      Motorik
Perkembangan masa bayi pada aspek motorik ini dapat diamati dan terlihat reaksi-reaksi spontan yang berulang dilakukan dan tidak dikoordinasi. Namun, lama-kelamaan terjadi secara efektif. Hal ini terlihat pada merangkak, berjalan, dan memainkan benda-benda. Perkembangan motorik terlihat adanya arah.
4.      Perkembangan Bicara
Sebelum mampu berbicara, bayi lebih dahulu dapat mengerti apa yag dikatakan tanpa dapat bereaksi dengan kata hanya dengan ekspresi dan gerakan. Oleh karena itu, mimik dan ekspresi bayi juga dapat dimengerti setelah usia tiga bulan. Menurut Termal dan Merril, rata-rata bayi bereaksi terhadap perintah-perintah pada usia kurang lebih dua tahun. Rata-rata bayi belajar menyampaikan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan pada usia tahun-tahun pertama yang disebut dengan komunikasi prabicara. Bentuk-bentuk prabicara ini antara lain: menangis, berceloteh, isyarat, dan ungkapan-ungkapan emosi.
5.      Perkembangan Emosi
Pada bayi terdapat emosi tertentu yang bersifat umum seperti kemarahan (menjerit, meronta, menendang, mengibaskan tangan, dan memukul), ketakutan (takut terhadap ruang gelap, tempat tinggi, dan binatang), rasa ingin tahu tentang mainan baru (menjulurkan lidah, membuka mulut, memegang, melempar, dan membolak-balik), kegembiraan (tersenyum, tertawa, menggerakkan lengan serta kakinya), afeksi (memeluk mainan kesayangannya, mencium barang-barang kesayangannya).
6.      Perkembangan Kognitif
Perkembangan konsep merupakan hasil asosiasi dari arti dengan benda dan orang-orang. Piaget menamakan tahap perkembangan ini tahap “sensomotorik” dalam perkembangan konsep. Pada akhir masa perkembangan ini bayi mulai menyusun kata-kata menjadi kalimat sederhana yang dimulai dengan “siapa” “apa” dan “di mana”.
7.      Perkembangan Moral
Bayi belum memiliki nilai dan suara hati. Lambat laun bayi mempelajari kode moral dari orang tuanya dan orang-orang yang dekat dengannya. Bayi menilai benar atau salah suatu perbuatan berdasarkan kesakitan atau kesenangan yang dirasakannya.[3]

D.    Perkembangan Bayi Menurut Islam

Ketika bayi lahir, maka yang pertama-tama menunjukkan fungsi adalah indra pendengarannya. Begitu lahir, pada sang bayi perlu disembunyikan kalimat persaksian (adzan dan iqamah). Anjuran untuk mengumandangkan adzan dan iqamah menunjukkan bahwa fungsi pendengaran telah berlangsung.
Disampaikannya suara adzan dan iqamah kepada anak mengisyaratkan bahwa fungsi pendengaran telah terdapat dalam diri manusia dan Allah ingin manusia meneguhkan persaksiannya kepada Allah. Adzan dan iqamah yang disuarakan segera setelah kelahiran anak, menjadikan anak memperkokoh posisi ketauhidannya di dunia ini.
 Fungsi pendengaran ini bila dioptimalkan akan dapat mengembangkan potensi-potensi intelektual, emosi dan spiritual anak. Indra lain yang berfungsi adalah penglihatan, perabaan, penciuman, dan gerakan. Ahli psikologi Sydis menunjukkan kepada kita bahwa kalau anak menerima stimulasi yang kaya melalui fungsi penglihatannya, maka kecerdasannya akan bertumbuh kembang secara pesat.
Pada masa bayi ini, penyusuan memegang peranan yang dalam besar dalam mengembangkan fisik, emosi dan kognisi anak. Dalam Islam, orangtua dianjurkan untuk menyusui anaknya sampai usia 2 tahun atau 24 bulan kehidupannya. Anjuran ini sesuai dengan firman Allah:
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Qs. Al-Luqman, 31:14).
Hukum menyusui bayi lebih dari 2 tahun menurut Islam yaitu mubah/boleh, karena hal ini merupakan perkara dunia. Jika tidak ada dalil yang melarang maka hukum asalnya adalah mubah/boleh. Menambah menyusui lebih dari dua tahun jika ada kebutuhan yang menuntut maka tidak mengapa. Misalnya anak tidak berselera makan, atau sebab yang lain. Jika ada kebutuhan yang menuntut maka tidak mengapa. Tetapi menyusui 2 tahun lebih utama karena itulah nash dari al-Quran.
Menurut pengamatan penulis, terdapat berbagai pendapat mengenai menyusui lebih dari dua tahun. Pendapat yang kontra mengatakan jika menyusui lebih dari 2 tahun mengakibatkan anak kelak bisa manja atau menempel terus dengan ibunya dan tidak mandiri, serta tentunya hal ini dapat menghambat perkembangan sosialnya. Sedangkan yang pro mengatakan jika menyusui lebih dari 2 tahun memberikan banyak manfaat pada anak dan ibu. Contoh manfaatnya adalah anak lebih jarang sakit, mengurangi resiko alergi, anak menjadi lebih pintar dan banyak keuntungan untuk ibu, misalnya: mengurangi resiko kanker rahim, dapat menurunkan berat badan dan lain sebagainya.[4]  

E.     Masalah-Masalah pada Masa Bayi

            Karena masa ini merupakan dasar, maka masa ini khususnya merupakan masa berbahaya. Bahaya itu dapat merupakan bahaya psikis dan psikologis ataupun keduanya. Dalam tahun pertama, bahaya psikis lebih banyak dan lebih parah daripada bahaya-bahaya psikologis. Bahaya psikis sangat parah bagi setiap bayi terutama bagi bayi premature, bayi yang mengalami kerusakan otak atau bayi yang kondisi psikis dan perkembangan fisiknya kurang baik. Kematian lebih banyak terjadi selama 3 bulan pertama kehidupannya daripada sesudahnya dan lebih dua pertiganya terjadi pada bulan pertama.
            Bahaya fisik bisa juga diakibatkan oleh penyakit, sekalipun penyakit (sakit) ringan tetapi dapat merupakan bahaya psikis maupun psikologis. Selain itu kecelakaan suatu hal yang sering terjadi pada tahun kedua, karena bayi sudah lebih bebas bergerak. Sekalipun luka ringan, hal ini menimbulkan luka psikologis. Misalnya ia menakuti sesuatu atau situasi yang menimbulkan kecelakaan kepadanya Dua tahun pertama disebut periode kritis dalam pertumbuhan otak karena adanya peningkatan yang mencolok dalam perkembangan sel-sel otak pada masa ini, oleh karena itu, merupakan periode rentan terhadap kerusakan. Kalau bayi pada masa ini kekurangan gizi, tidak dapat menjamin bahwa perkembanagan selanjutnya akan berjalan baik.[5]
            Bahaya psikologis dalam masa ini yang paling parah adalah kegagalan bayi menguasai tugas perkembangan pada usia tersebut. Sebagian psikologis berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan kegagalan penguasaan tugas perkembangan masa bayi. Antara lain; bahaya dalam perkembangan motorik, akan semakin lambat ia memperoleh keterampilan yang dimiliki oleh anak-anak lain. Bahaya dalam berbicara, keterlambatan berbicara karena beberapa hal, yang paling sering adalah tingkat intelegensi rendah, kurangnya perangsangan (terutama dalam tahun pertama). Kalau orang tua atau pengasuh tidak merangsang anak untuk berceloteh atau mencoba untuk memulai berbicara, maka kebanyakan bayi akan kehilangan minat untuk berbicara.
            Dalam hal bahaya emosi, terdapat bahaya psikologis yang umum berkaitan dengan perkembangan emosi, antara lain sebagai berikut:
1.    Kurangnya Kasih Sayang, kekurangan kasih sayang dalam masa bayi sering menyebabkan bayi mundur dalam perkembangan motorik dan berbicara yang menghambat belajar bayi dalam kontak sosial atau bagaimana mengungkapkan kasih sayang.
2.    Tekanan, yaitu keadaan emosi yang kurang baik yang berlangsung lama seperti takut dan marah, dapat mengakibatkan endoktrin yang menggangu keseimbangan tubuh.
3.    Terlampau banyak kasih sayang, orang tua yang terlalu khawatir atau sangat menonjolkan diri akan mendorong bayi untuk memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri dan terikat pada diri sendiri serta mementingan diri sendiri.
4.    Emosi yang kuat, hal ini disebabkan kondisi lingkungan bayi yang mendorong perkembangan emosi tertentu dan menyimpangkan emosi yang lain.[6]



[1] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 22-23.
[2] Rahmi Anekasari, Psikologi Perkembangan Bacaan Wajib (Calon) Orangtua dan Pendidik, (Pekalongan: Nasya Expanding Management, 2019), hlm. 113-114.
[3] Yudrik Jahja, Psikologi perkembangan, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011), hlm. 169-172.
[4] Ibid., hlm. 140-143.
[5] M. Sugeng Sholehudin, Psikologi Perkembangan, (Pekalongan: Gama Media, 2008), hlm. 104.
[6] Elfi Yuliani Rochman, Psikologi perkembangan, (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 139.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar