Entri yang Diunggulkan

SEJAUH MANA DIGITALISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

 

Selasa, 03 Desember 2019

BELAJAR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

BELAJAR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR


A.    Pengertian Belajar

     Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berikut definisi belajar menurut para ahli:
1.    Skinner yang dikutip oleh Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching Leaching Proses. Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.
2.    Chaplin dalam Dictionary of Psichology membatasi belajar ada 2 macam rumusan. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman, selanjutnya  belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
3.    Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa: Belajarmadalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
4.    Witting dalam bukunya Psichology of Learning mendefinisikan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.[1]
Batasan-batasan belajar di atas secara umum bisa disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman dengan kata lain lebih rinci belajar adalah:
1.    Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja.
2.    Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan berupa sesuatu yang baru baik yang sekarang nampak atau tersembunyi tetapi juga Hanya berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
3.    Perubahan perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani kecepatan perseptual isi ingatan abilitas berpikir sikap terhadap nilai-nilai dan serta lain-lain fungsi jiwa perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik.
4.    Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.[2]
Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli tersebut dapat ditarik semacam kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang dipelajari. Penguasaan itu dapat berupa memahami (mengerti), merasakan, dan dapat melakukan sesuatu. Di dalam diri yang belajar terjadi kegiatan psikis atau motorik (gerakan otot-otot dan syaraf). Sebagai hasil belajar adalah penguasaan sejumlah pengetahuan dan sejumlah ketrampilan baru dan sesuatu sikap baru ataupun memperkuat sesuatu yang telah dikuasai sebelumnya, termasuk pemahaman dan nilai-nilai. Sebagai perubahan-perubahan dalam tingkah laku manusia, sebagai hasil belajar tadi mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai. Dapat pula dinyatakan bahwa belajar adalah usaha sadar dari individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya.[3]

B.     Ciri Khas Seorang Pelajar

1.    Perubahan Inensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan pandangan sesuatu, keterampulan, dan seterusnya.
2.    Perubahan Positif dan Aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
3.    Perubahan Efektif dan Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat duharapkan memberi manfaat yang luas misalnya, ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.[4]

C.     Tujuan Belajar

Tujuan belajar dalam Islam, yaitu mencari rezeki di dunia, selamat dunia dan akhirat, dan memperkuat akhlak. Menurut Dalyono tujuan belajar adalah sebagai berikut:
1.    Belajar bertujuan mengadakan perubahan dalam diri antara lain perubahan tingkah laku.
2.    Belajar bertujuan mengubah kebiasaan yang buruk menjadi baik.
3.    Belajar bertujuan mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi saying dan sebagainya.
4.    Dengan belajar dapat memiliki keterampilan.
5.    Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah terjadinya perubahan dalam diri seseorang terhadap cara berfikir, mentalitas dan perilakunya yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (pemahaman), dan psikomotorik (keterampilan).[5]

D.    Jenis-jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keaneragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
1.    Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi.  Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
2.    Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot/neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini nisalnya belajar olah raga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah salat dan haji.
3.    Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah teesebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan pelajaran sosial antara lain pelajaran agama dan PMP.
4.    Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dapat menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sebagai sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan menggunakana model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.

5.    Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat).  Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
Bidang -bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya, bidang-bidang studi noneksaktapun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.
6.    Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural. Belajar kebiasaan akan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional/1989 Bab IV Pasal 10. Namun demikan, tentu tidak tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama dan PMP sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.
7.    Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, dan menggambar. Selain bidang-bidang studi ini, bidang studi agama juga mmungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Quran.
8.    Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan teetentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorim dan penelitian lapangan.[6]

E.     Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacm–macam faktor. Adapun faktor-faktor itu, kita dapat bedakan menjadi dua golongan:[7]
1.    Faktor Internal
a)    Aspek Fisiologis
Faktor fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan kondisi umum jasmani seseorang, misalnya menyakut kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh. Faktor ini juga menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh yang kurang prima akan mengalami kesulitan belajar. Untuk menjaga kondisi tubuh dianjurkan untuk memelihara atau mengatur pola istirahat yang baik dan mengatur menu makanan atau mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Dalam perspektif Islam, makanan yang harus dikonsumsi adalah makanan yang halal dan baik (halalan toyyiban). Apabila anak didik terbiasa mengkonsumsi makanan yang haram atau tidak baik akan mengalir darah yang tidak baik. Kondisi ini sedikit banyak akan berpengaruh kepada belajar, karena di dalam tubuh yang mengalir darah haram akan menyebabkan cara berfikir yang kurang baik, sulit berkonsentrasi (selalu merasa gelisah) sehingga bisa terefleksi pada perilaku yang tidak baik (mal adaptif) dalam belajar.[8]
b)   Aspek Psikologis
1)   Intelegensi, sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
2)   Perhatian, untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajarinya. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
3)   Minat, besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar sungguh-sungguh.
4)   Bakat, merupakan kecakapan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan.
5)   Motivasi, motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.
6)   Kesiapan, kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa sudah mempunyai kesiapan untuk belajar, maka hasil belajar baik.
2.    Faktor Eksternal
a)    Aspek Keluarga, pendidkan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Aspek keluarga terdiri dari:
1)   Cara orang tua mendidik anak, cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.
2)   Suasana rumah, untuk menjadikan anak belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram. Jika suasana rumah tenang, seorang anak akan betah tinggal di rumah dan anak dapat belajar dengan baik.
3)   Keadaan ekonomi keluarga, keadaan ekonomi keluarga juga sangat mempengaruhi belajar anak.
b)   Aspek sekolah, aspek sekolah yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari:
1)   Metode mengajar, menurut Slameto metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar diusahakan yang semenarik mungkin.
2)   Relasi guru dengan siswa, guru yang kurang berinteraksi dengan siswa, dapat menyebabkan proses belajar- mengajar kurang lancar.
3)   Disiplin, kedisiplinan sekolah sangat erat hubungannya dengan kerajinan siswa pergi ke sekolah dan juga belajar.
4)   Keadaan gedung, jumlah siswa yang banyak serta karakteristik masing-masing yang bervariasi, mereka menuntut keadaan gedung harus memadai dalam setiap kelas.
5)   Alat pelajaran, mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap perlu agar guru dapat belajar dan menerima pelajaran dengan baik.
c)    Aspek masyarakat, aspek masyarakat terdiri dari:
1)   Bentuk kehidupan masyarakat, kehidupan masyarakat di sekitar juga dapat menpengaruhi belajar anak. Pengaruh tersebut dapat mendorong semangat anak atau siswa belajar lebih giat atau sebaliknya.
2)   Teman bergaul, agar siswa dapat belajar dengan baik, maka diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pengawasan dari orang tua serta pendidik harus cukup bijaksana.
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, dan sebaliknya.[9]


[1] Purwa Atmaja Prawira, Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 223-227.
[2] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2001), hlm. 33-34.
[3] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm. 228-229.
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 116-118.
[5] Ahmad Syarifuddin, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jurnal Ta’dib, Vol. 16, No. 1, 2011, hlm. 116.

[6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 122-124.
[7] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 102.
[8] Nidawati, Belajar dalam Perspektif Psikologi dan Agama Jurnal Pionir, Vol. 1, No.1, 2013, hlm. 22-23.
[9] Widia Hapnita, dkk, Faktor Internal dan Eksternal yang Dominan Mempengaruhi Hasil Belajar Menggambar dengan Perangkat Lunak Siswa Kelas Xi Teknik Gambar Bangunan Smk N 1 Padang Tahun 2016/2017, Jurnal Cived Jurusan Teknik Sipil, Vol. 5, No. 1, 2018, hlm. 2176-2177.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar