Entri yang Diunggulkan

SEJAUH MANA DIGITALISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

 

Sabtu, 04 April 2020

10 Problematika Pembelajaran PAI


    Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh seorang muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah serta memiliki akhlak mulia bagi individu maupun lingkungan masyarakat. Lebih jelasnya, tujuan dari PAI yaitu membentuk insan kamil atau manusia yang sempurna kepribadian maupun ubuddiyahnya. Pendidikan Agama Islam bisa dilakukan di mana saja namun secara formalnya PAI diselenggarakan di institusi pendidikan. 
    Problematika pembelajaran merupakan suatu permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat, mempersulit, bahkan menggagalkan suatu proses pembelajaran. Problematika ini mampu diminimalisir dengan langkah awal yaitu mengetahui penyebabnya. Masing-masing penyebab dapat diketahui dengan cara menelusuri proses pembelajaran yang sudah terjadi. 
Faktor yang mempengaruhi pembelajaan PAI sangat kompleks. Oleh karena itu, problematika yang dilaluipun memiliki banyak sebab. Dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang 10 problematika pembelajaran PAI antara lain.
1. Jam pelajaran terlalu sedikit
    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PAI kurikulum 2013 memberikan porsi waktu yang sedikit di tingkat sekolah umum. Alokasi waktu yang diberikan hanya berkisar antara 2-3 jam pelajaran dalam seminggu. Hal ini mengakibatkan ketidakmaksimalan proses pembelajaran PAI.
2. Metode konvensional masih mendominasi
    Penggunaan metode sangatlah penting. Sebaik apapun rencana pembelajaran yang dibuat akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan kreativitas pendidik dalam memilih metode pembelajaran. Saat ini, masih banyak pendidik yang hanya menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi. Akibatnya peserta didik merasa bosan dan tujuan pembelajaran tidak tercapai.
3. Materi pembelajaran hanya bersifat konseptual.
    Mulai dari SD hingga SMA, substansi PAI masih sama hanya saja ruang lingkupnya semakin luas. Dalam suatu pembelajaran harus memenuhi dimensi konseptual dan faktual namun tidak sesuai dengan pengaplikasiannya. Banyak pendidik yang hanya mengajarkan teori tanpa diimbangi dengan praktek. Akibatnya materi yang disampaikan tidak mampu diimplementasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. 
4. Lemahnya integritas pendidik
    Salah satu peran pendidik adalah sebagai fasilitator. Oleh karena itu, untuk menjadi pendidik harus memiliki wawasan ilmu dan kreativitas yang luas. Jika integritas pendidik lemah maka pekembangan peserta didik yang seharusnya mampu dibimbing oleh pendidik tidak akan maksimal. Salah satu contoh lemahnya integritas pendidik yaitu tidak mampu melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan potensi peserta didik.
5. Kurangnya antusias belajar dari peserta didik
    Sebaik apapun metode yang direncanakan oleh pendidik tidak akan berjalan maksimal jika tidak dibarengi dengan semangat belajar perserta didik. Oleh karena itu, di awal pembelajaran guru harus membangun psikis maupun fisik peseta didik agar siap menerima pembelajaan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memberi motivasi atau menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
6. Lingkungan yang tidak mendukung
    Salah satu faktor yang sangat beperan dalam pembelajaran yaitu lingkungan. Dalam hal ini harus ada kesinambungan antara lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jika lingkungan pergaulan anak tidak agamis maka akan berpengaruh kepada nilai-nilai PAI yang telah dipelajari.
7. Tidak adanya komunikasi antara orang tua dengan guru
    Dalam proses pembelajaran harus ada program pengendali yaitu evaluasi berbentuk komunikasi dengan orang tua siswa. Guru dengan orang tua siswa harus bekerja sama dalam membimbing anaknya. Seringkali sikap anak baik ketika di sekolah namun bebanding terbalik jika di rumah. hal tersebut karena tidak adanya komunikasi dan kerja sama antara guru dengan orang tua sehingga internalisasi nilai tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. 
8. Sarana dan prasarana yang kurang memadai
  Sarana dan prasarana pembelajaran memiliki pengaruh terhadap proses pembelarjaan PAI. Sebagai contoh, minimnya media pembelajaran seperti buku referensi. Jika sarana dan pasarana mampu dimaksimalkan maka poses pembelajaran dapat berjalan secara maksimal.
9. Kurikulum yang kurang terorganisir
    Kuikulum adalah jantungnya pendidikan. Jika kurikulumnya tidak terogarnisir dengan baik maka hasil yang diharapkan tidak akan maksimal. Kurikulum memiliki banyak komponen sepeti tujuan, isi, metode, dan evaluasi. Oleh karena itu setiap komponan harus saling bersinergi. Realitanya tujuan kurikulum sudah baik namun pada komponen isi, metode, dan evaluasinya tidak maksimal maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. 
10. Persepsi masyarakat yang memandang sebelah mata PAI 
    Sampai saat ini, eksistensi PAI masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Mereka menganggap bahwa PAI adalah pelajaran yang mudah karena hanya berisi hafalan dan tidak masuk ujian nasional. Kebanyakan orang tua akan lebih bangga jika anaknya pandai matematika daripada PAI. Padahal PAI memiliki tugas yang berat karena berkaitan dengan ketakwaan seseorang terhadap Allah. Selain itu, PAI harus mampu menciptakan generasi yang tidak hanya pandai namun juga berakhlak mulia. 
    Problematika PAI secara garis besar terletak pada pendidik, peseta didik, metode, media, dan lingkungan. Dalam pembelajaran akan selalu mengalami problematika namun sebisa mungkin pihak-pihak yang terkait harus bekerja sama untuk meminimalisirnya. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menciptakan sekaligus mempetahankan semangat belajar PAI dari peseta didik. Beikanlah motivasi dan pemahaman bahwa PAI itu sangat dibutuhkan dan nilai yang didapat akan terus digunakan dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar